Hasil
dan pembahasan
Hasil
Sample hasil akhir senyawa humat
Sample
|
Berat cawan + berat humat ( gr )
|
Berat cawan ( gr )
|
Berat humat (gr )
|
Top
soil
|
9,4
|
2,9
|
6,5
|
Gambut
|
6,6
6,1
21,0
|
2,8
2,8
2,8
|
25,3
|
Sub
soil
|
2,9
|
2,7
|
0,2
|
Kotoran
sapi
|
17,0
|
2,8
|
14,2
|
Kotoran
ayam
|
14,7
|
2,8
|
11,9
|
Kompos
|
5,1
|
2,9
|
2,2
|
Pembahasan
Dari hasil praktikum
diperoleh bahwa humat yang terbanyak sampai terendah pada sample – sample ini
adalah Gambut (25,3 gr ) , Kotoran sapi (14,2 gr ) , Kotoran ayam (11,9 gr ) , Top soil (6,5 gr )
, Kompos (2,2 gr ) , sub soil (0,2 gr ).
Ketersediaan banyaknya atau rendah nya unsur hara humat pada setiap sample di
pengaruhi oleh faktor – faktor tertentu . Pelapukan bahan organik menghasilkan
asam-asam organik seprti asam humat dan fulfat yang bersifat polielektrolit.
Kedua asam ini memegang peranan penting dalam pengikatan Al dan Fe sehingga P
menjadi tersedia. Keefektifan pengikatan tersebut dipengaruhi oleh
struktur bahan organik yang ditambahkan
dan pH medium . Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kandungan
Karbon tanah, diikuti peningkatan
kandungan asam humat yang merupakan hasil dekomposisi bahan organik. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa peningkatan P tersedia pada perlakuan budidaya
organik juga diakibatkan pelepasan P dari kompleks jerapan oleh asam humat yang dihasilkan oleh pelapukan bahan organik. Asam humat mampu berinteraksi dengan ion
logam, oksida dan hidroksida mineral. Hal ini karena asam humat mengandung
gugus fungsional aktif seperti karboksil, fenol, karbonil, hidroksida, alkohol,
amino, kuinon dan metoksil, serta
bentuknya yang berpori sehingga memiliki luas permukaan yang besar. Asam
ini berpengaruh kuat terhadap kapasitas penjerapan tanah asam humat sebagai asam
amino, karbohidrat, lemak, lilin, resin, asam-asam organic.Fraksi bahan organic
tanah atau humus yang tidak larut dalam suasana alkalis.
Asamhumat atau
humusn dapat didefinisikan sebagai hasil akhir dekomposisi bahanorganikolehorganismesecaraaerobik.
Seiring dengan terjadinya fluktuasi tajam pada suhu, kelembaban, dan iradiasi
di permukaan tanah darat di bawah iklim benua yang ekstrim dapat mendukung
sintesis humus dengan larutan gula-amina.
Lama inkubasi mampu menurunkan pH tanah karena selama masa
inkubasi yang dilakukan terjadi mineralisasi dari pupuk organik yang mana
selain menghasilkan senyawa anorganik iuga menghasilkan asam organik sederhana,
dan juga proses humifikasi yang menghasilkan asam humat dengan gugus fungsionalnya yang beragam mampu
menyumbangkan sumber kemasan tanah. Di samping itu, terjadinya peningkatan
kegiatan mikroorganisme perombak, yang mana selain mampu merombak pupuk organik
yang ditambahkan, juga mampu menghasilkan senyawa-senyawa organik yang
merupakan sumber kemasaman tanah yang berpotensi menurunkan pH tanah. Foth
(1978) mengatakan bahwa aktivitas respirasi mikroorganisme dan proses
perombakan bahan organik menghasilkan asam-asam organik dan H2CO3 yang
menyebabkan pH tanah menurun.
keberadaan asam humat dan asam fulvat dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh macam dan takaran pupuk organik. Pemberian pupuk kandang sapi
lebih meningkatkan kandungan asam humat dan fulvat tanah dibandingkan dengan
kompos limbah tanaman obat .Peningkatan asam humat dan fulvat ini sejalan
dengan peningkatan takaran pupuk organik. Hal ini berkaitan dengan komposisi
dan tingkat dekomposisi dari pupuk organik tersebut. Pupuk kandang sapi
mengandung asam humat dan asam fulvat yang lebih besar dibanding kompos lmbah
tanaman obat, juga lebih rendahnya nilai C/N menggambarkan bahwa pupuk kandang
sapi tersebut mempunyai tingkat humufikasi yang lebih lanjut dari pada kompos
limbah tanaman obat.
Pupuk kandang
khususnya kotoran ayam dibandingkan dengan kotoran ternak yang lainnya
mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro tertentu dalam jumlah yang
banyak. Kejenuhan basanya tinggi, tetapi kapasitas tukar kation rendah. Kotoran
ayam, dalam melepaskan haranya berlangsung secara bertahap dan lama.
Proses kimia pada tanah sulfat masam
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian penting. Pertama, proses kimia yang
terjadi dalam keadaan reduktif, antara lain pembentukan pirit, reduksi besi
feri menjadi fero, serta reduksi senyawa beracun.
a. Proses reduksi
Pada kondisi aerob, sumber elektron
utama bagi aktivitas mikroorganisme
pendekomposisi bahan organik adalah oksigen. Bila keadaan berubah menjadi anaerob, oksigen di dalam tanah secara perlahan menghilang. Namun demikian, dekomposisi bahan organik oleh bakteri anaerob tetap berlangsung dengan memanfaatkan elektron yang dilepaskan dalam proses reduksi nitrat, oksida mangan, oksida besi, dan sulfat. Dalam proses reduksi selalu memanfaatkan proton, sehingga pH tanah akan meningkat
pendekomposisi bahan organik adalah oksigen. Bila keadaan berubah menjadi anaerob, oksigen di dalam tanah secara perlahan menghilang. Namun demikian, dekomposisi bahan organik oleh bakteri anaerob tetap berlangsung dengan memanfaatkan elektron yang dilepaskan dalam proses reduksi nitrat, oksida mangan, oksida besi, dan sulfat. Dalam proses reduksi selalu memanfaatkan proton, sehingga pH tanah akan meningkat
b. Proses oksidasi
Proses utama yang terjadi bila tanah
sulfat masam teroksidasi adalah oksidasi pirit. Reklamasi lahan rawa melalui
pembuatan saluran drainase mengakibatkan perubahan kimia di dalam tanah sulfat
masam. Pirit yang semula tidak berbahaya pada kondisi tergenang, secara
perlahan berubah menjadi unsur beracun dan merupakan sumber kemasaman tanah
bila kondisi tanah berubah menjadi oksidatif. Perbedaan yang besar antara
pasang surutnya air laut serta musim kemarau yang panjang menyebabkan pirit
teroksidasi secara alami. Reaksi oksidasi pirit dengan oksigen pada tanah
sulfat masam berlangsung dalam beberapa tahapan, meliputi reaksi-reaksi kimia
dan biologis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar