Kamis, 21 Juni 2012

HASIL DAN PMBAHASAN PRAKTIKUM KIMIA TANAH ( KADAR HUMAT TANAH )


Hasil dan pembahasan

Hasil
Sample hasil akhir senyawa humat
Sample
Berat cawan + berat humat ( gr )
Berat cawan ( gr )
Berat humat (gr )
Top soil
9,4
2,9
6,5
Gambut
6,6
6,1
21,0
2,8
2,8
2,8
25,3
Sub soil
2,9
2,7
0,2
Kotoran sapi
17,0
2,8
14,2
Kotoran ayam
14,7
2,8
11,9
Kompos
5,1
2,9
2,2

Pembahasan
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa humat yang terbanyak sampai terendah pada sample – sample ini adalah Gambut (25,3 gr ) , Kotoran sapi (14,2 gr ) ,  Kotoran ayam (11,9 gr ) , Top soil (6,5 gr ) ,  Kompos (2,2 gr ) , sub soil (0,2 gr ). Ketersediaan banyaknya atau rendah nya unsur hara humat pada setiap sample di pengaruhi oleh faktor – faktor tertentu . Pelapukan bahan organik menghasilkan asam-asam organik seprti asam humat dan fulfat yang bersifat polielektrolit. Kedua asam ini memegang peranan penting dalam pengikatan Al dan Fe sehingga P menjadi tersedia. Keefektifan pengikatan tersebut dipengaruhi oleh struktur  bahan organik yang ditambahkan dan pH medium . Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kandungan Karbon  tanah, diikuti peningkatan kandungan asam humat yang merupakan hasil dekomposisi bahan organik. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa peningkatan P tersedia pada perlakuan budidaya organik juga diakibatkan pelepasan P dari kompleks jerapan oleh asam humat  yang dihasilkan oleh pelapukan bahan organik. Asam humat mampu berinteraksi dengan ion logam, oksida dan hidroksida mineral. Hal ini karena asam humat mengandung gugus fungsional aktif seperti karboksil, fenol, karbonil, hidroksida, alkohol, amino, kuinon dan metoksil, serta  bentuknya yang berpori sehingga memiliki luas permukaan yang besar. Asam ini berpengaruh kuat terhadap kapasitas penjerapan tanah asam humat sebagai asam amino, karbohidrat, lemak, lilin, resin, asam-asam organic.Fraksi bahan organic tanah atau humus yang tidak larut dalam suasana alkalis. Asamhumat atau humusn dapat didefinisikan sebagai hasil akhir dekomposisi bahanorganikolehorganismesecaraaerobik. Seiring dengan terjadinya fluktuasi tajam pada suhu, kelembaban, dan iradiasi di permukaan tanah darat di bawah iklim benua yang ekstrim dapat mendukung sintesis humus dengan larutan gula-amina.
Lama inkubasi mampu menurunkan pH tanah karena selama masa inkubasi yang dilakukan terjadi mineralisasi dari pupuk organik yang mana selain menghasilkan senyawa anorganik iuga menghasilkan asam organik sederhana, dan juga proses humifikasi yang menghasilkan asam humat  dengan gugus fungsionalnya yang beragam mampu menyumbangkan sumber kemasan tanah. Di samping itu, terjadinya peningkatan kegiatan mikroorganisme perombak, yang mana selain mampu merombak pupuk organik yang ditambahkan, juga mampu menghasilkan senyawa-senyawa organik yang merupakan sumber kemasaman tanah yang berpotensi menurunkan pH tanah. Foth (1978) mengatakan bahwa aktivitas respirasi mikroorganisme dan proses perombakan bahan organik menghasilkan asam-asam organik dan H2CO3 yang menyebabkan pH tanah menurun. 
keberadaan asam humat dan asam fulvat dalam tanah sangat dipengaruhi oleh macam dan takaran pupuk organik. Pemberian pupuk kandang sapi lebih meningkatkan kandungan asam humat dan fulvat tanah dibandingkan dengan kompos limbah tanaman obat .Peningkatan asam humat dan fulvat ini sejalan dengan peningkatan takaran pupuk organik. Hal ini berkaitan dengan komposisi dan tingkat dekomposisi dari pupuk organik tersebut. Pupuk kandang sapi mengandung asam humat dan asam fulvat yang lebih besar dibanding kompos lmbah tanaman obat, juga lebih rendahnya nilai C/N menggambarkan bahwa pupuk kandang sapi tersebut mempunyai tingkat humufikasi yang lebih lanjut dari pada kompos limbah tanaman obat.
Pupuk kandang khususnya kotoran ayam dibandingkan dengan kotoran ternak yang lainnya mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro tertentu dalam jumlah yang banyak. Kejenuhan basanya tinggi, tetapi kapasitas tukar kation rendah. Kotoran ayam, dalam melepaskan haranya berlangsung secara bertahap dan lama.
Proses kimia pada tanah sulfat masam dapat dikelompokkan menjadi dua bagian penting. Pertama, proses kimia yang terjadi dalam keadaan reduktif, antara lain pembentukan pirit, reduksi besi feri menjadi fero, serta reduksi senyawa beracun.
a. Proses reduksi
Pada kondisi aerob, sumber elektron utama bagi aktivitas mikroorganisme
pendekomposisi bahan organik adalah oksigen. Bila keadaan berubah menjadi anaerob, oksigen di dalam tanah secara perlahan menghilang. Namun demikian, dekomposisi bahan organik oleh bakteri anaerob tetap berlangsung dengan memanfaatkan elektron yang dilepaskan dalam proses reduksi nitrat, oksida mangan, oksida besi, dan sulfat. Dalam proses reduksi selalu memanfaatkan proton, sehingga pH tanah akan meningkat
b. Proses oksidasi
Proses utama yang terjadi bila tanah sulfat masam teroksidasi adalah oksidasi pirit. Reklamasi lahan rawa melalui pembuatan saluran drainase mengakibatkan perubahan kimia di dalam tanah sulfat masam. Pirit yang semula tidak berbahaya pada kondisi tergenang, secara perlahan berubah menjadi unsur beracun dan merupakan sumber kemasaman tanah bila kondisi tanah berubah menjadi oksidatif. Perbedaan yang besar antara pasang surutnya air laut serta musim kemarau yang panjang menyebabkan pirit teroksidasi secara alami. Reaksi oksidasi pirit dengan oksigen pada tanah sulfat masam berlangsung dalam beberapa tahapan, meliputi reaksi-reaksi kimia dan biologis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar