MASALAH
SOSIAL DI DESA DAN KOTA
PENGERTIAN
KOTA , DESA DAN
PERMASALAHANNYA
Desa adalah suatu perwujudan atau kesatuan
geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suatu daerah
dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain,
sedangkan masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin
yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota
masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana ia hidup dicintai
serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakat
atau anggota masyarakat.
Permasalahan di kota antara lain:
1.
konflik (pertengkaran),
2.
kontroversi (pertentangan),
3.
kompetisi (persaingan),
4.
kegiatan pada masyarakat pedesaan, dan
5.
sistem nilai budaya.
Variabel-variabel yang
mencirikan kemiskinan di pedesaan adalah:
1.
lemahnya posisi sumber daya alam,
2.
lemahnya posisi sumber daya manusia di pedesaan,
3.
kurangnya penguasaan teknologi,
4.
lemahnya infrastruktur dan lemahnya aspek
kelembagaan, termasuk budaya, sikap, dan motivasi.
INTERAKSI DESA DAN KOTA
Interaksi sosial dapat
terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi.
1.
Pola interaksi sosial pada masyarakat ditentukan
oleh struktur sosial masyarakat yang bersangkutan.
2.
Pola interaksi masyarakat pedesaan adalah dengan
prinsip kerukunan, sedang masyarakat perkotaan lebih ke motif ekonomi, politik,
pendidikan, dan kadang hierarki.
3.
Pola interaksi masyarakat pedesaan bersifat
horisontal, sedangkan masyarakat perkotaan vertikal.
4.
Pola interaksi masyarakat kota adalah individual, sedangkan masyarakat
desa adalah kebersamaan.
5.
Pola solidaritas sosial masyarakat pedesaan timbul
karena adanya kesamaan-kesamaan kemasyarakatan, sedangkan masyarakat kota terbentuk karena
adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat.
Pengaruh kota terhadap desa:
1.
kota
menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan desa
2.
menyediakan tenaga kerja bidang jasa
3.
memproduksi hasil pertanian desa
4.
penyedia fasilitas-fasilitas pendidikan,
kesehatan, perdagangan, rekreasi.
5.
andil dalam terkikisnya budaya desa
Pengaruh desa terhadap kota :
1.
penyedia tenaga kerja kasar
2.
penyedia bahan-bahan kebutuhan kota
3.
merupakan hinterland
4.
penyedia ruang (space).
URBANISASI DAN PENANGGULANGANNYA
Urbanisasi adalah suatu proses perpindahan
penduduk dari desa ke kota .
Urbanisasi dilihat dari kacamata sosiolog menunjukkan tiga gejala sosial yaitu:
urbanisasi itu sendiri, detribalisasi, dan stabilitas.
Ahli ekonomi melihat pada beralihnya corak mata
pencaharian yang baru di kota
yang wujudnya subsistence urbanization sebagai pengganti corak sebelumnya yaitu
subsistence agriculture. Ahli geografi melihatnya sebagai:
1. Perkembangan
persentase penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan, baik secara mondial,
nasional, maupun regional.
2.
Bertambahnya penduduk yang menjadi bermata
pencaharian nonagraris di pedesaan.
3. Tumbuhnya
suatu pemukiman menjadi kota .
4.
Mekar atau meluasnya struktur
artefaktial-morfologis suatu kota
ke kawasan sekelilingnya.
5.
Meluasnya pengaruh suasana perekonomian kota ke pedesaan.
6.
Meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis, dan
kultural kota
ke pedesaan; dengan perkataan lain meluasnya aneka nilai dan norma urban ke
kawasan di luarnya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi urbanisasi
Faktor pendorong :
1.
timbulnya kemiskinan di kota
2.
kegagalan panen
3.
peraturan adat yang kuat
4.
kurangnya sarana pendidikan pengembangan diri
5.
perang antarkelompok
Faktor penarik
1.
di kota
banyak pekerjaan
2.
pekerjaan lebih sesuai pendidikan
3.
mengangkat status social
4.
pengembangan usaha di luar bidang pertanian
5.
fasilitas pendidikan lebih banyak
6.
modal lebih banyak
7.
tingkat budaya lebih tinggi
Akibat
urbanisasi
1.
berkurangnya tenaga kerja di desa
2.
terbentuknya daerah suburban
3.
terbentuknya pemukiman kumuh
4.
meningkatnya tuna karya
Usaha
penanggulangan urbanisasi
a.
lokal jangka pendek
1. perbaikan perekonomian
pedesaan
2. pembersihan pemukiman
kumuh
3. penataan pemukiman
kumuh
4. memperluas lapangan
kerja
5. membuat dan
melaksanakan proyek perkotaan
b.
lokal jangka panjang
c.
nasional jangka pendek
d.
nasional jangka panjang
KONFLIK
SOSIAL DAN INTEGRASI SOSIAL
KONFLIK SOSIAL
Perspektif fungsionalisme melihat masyarakat
sebagai suatu sistem yang stabil dan selalu mengandung keseimbangan. Sebaliknya,
teori konflik sebagai reaksi terhadap fungsionalisme pada tahun 1950-an dan
1960-an mengemukakan bahwa masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok yang
bertikai yang sering bertempur habis-habisan, bukannya sebagai keluarga besar
yang bahagia.
INTEGRASI SOSIAL
Integrasi sosial dikonsepkan sebagai suatu proses
ketika kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat saling menjaga keseimbangan
untuk mewujudkan kedekatan hubungan-hubungan sosial, ekonomi maupun politik.
Kelompok-kelompok sosial tersebut dapat terwujud
atas dasar agama atau kepercayaan, suku, ras, dan kelas. Dalam konteks ini,
integrasi tidak selamanya menghilangkan diferensiasi tetapi yang terpenting
adalah memelihara kesadaran untuk menjaga keseimbangan hubungan. Pokok-pokok integrasi sosial menurut
Dahrendoof (1986) adalah (a) Stabilitas, (b) Fungsi koordinasi, (c) Konsensus,
dan (d) Integrasi yang terstruktur dengan baik.
Sedangkan proses terjadinya integrasi sosial di
masyarakat dapat dikelompokkan ke dalam tiga dimensi, yaitu (1) masyarakat
dapat terintegrasi di atas kesepakatan sebagian besar anggota terhadap
nilai-nilai sosial tertentu yang bersifat fundamental dan (2) masyarakat dapat
terintegrasi karena sebagian besar anggotanya terhimpun dalam berbagai unit
sosial sekaligus (cross-cutting affiliations).
Melalui mekanisme demikian, konflik-konflik yang
terjadi baik yang tampak maupun yang laten, teredam oleh loyalitas ganda, dan
(3) masyarakat dapat terintegrasi atas saling ketergantungan di antara
unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Akibat
adanya perbedaan pemilikan dan penguasaan sumber ekonomi, seperti kaya,
menengah, dan miskin.
Yang vertikal berhubungan dengan perpindahan
posisi ke atas atau ke bawah, sedangkan yang horisontal berhubungan dengan
perpindahan dari satu bidang atau dimensi ke bidang atau dimensi lainnya dalam
kelas yang sama.
Pengendalian sosial (kontrol sosial) adalah
kontrol yang bersifat psikologik dan nonfisik, yaitu merupakan tekanan mental
terhadap individu, sehingga individu akan bersikap dan bertindak sesuai dengan
penilaian kelompok, karena ia tinggal dalam kelompok. Adapun hasil dari
pengendalian sosial adalah (a) proses pembentukan kepribadian sesuai dengan
keinginan kelompok, dan (b) kelangsungan hidup atau kesatuan kelompok lebih.